Sidoarjo, (PortalSidoarjo.com) – Kabupaten Sidoarjo, sebuah bagian penting dari Jawa Timur, memiliki sejarah yang kaya dan beragam.
Dahulu dikenal sebagai pusat kerajaan Janggala, wilayah ini telah mengalami perubahan signifikan dari masa ke masa.
Pada masa kolonialisme Hindia Belanda, daerah Sidoarjo dikenal sebagai Sidokare, bagian dari Kabupaten Surabaya.
Di bawah kepemimpinan Patih Reun-jo Harjo, Sidokare terbagi menjadi Kabupaten Sidoarjo berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1859.
Perubahan nama dari Sidokare menjadi Sidoarjo terjadi pada tahun 1863, menandai perubahan signifikan dalam identitas wilayah tersebut.
Bupati-bupati seperti RT Aa Tjokronegoro dan RTP Tjokronegoro II memainkan peran penting dalam pembangunan dan pembentukan identitas Kabupaten Sidoarjo.
Selama masa pendudukan Jepang (1942-1945), Kabupaten Sidoarjo berada di bawah pemerintahan militer Jepang.
Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, Belanda mencoba untuk menduduki kembali daerah ini, tetapi setelah Konferensi Meja Bundar, Jawa Timur, termasuk Sidoarjo, diserahkan kembali kepada Republik Indonesia pada tahun 1949.
Perkembangan pesat Kabupaten Sidoarjo terus berlanjut setelah kemerdekaan, terutama dalam bidang industri, perdagangan, pariwisata, dan usaha kecil menengah.
Letak geografisnya yang strategis sebagai penyangga Kota Surabaya turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan regional.
Dengan potensi sumber daya manusia yang memadai dan berbagai potensi daerah yang dimiliki, Kabupaten Sidoarjo terus mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Dari pertanian hingga pertambangan, dari pemukiman hingga perdagangan, Sidoarjo telah menjadi salah satu daerah yang penting bagi pengembangan Jawa Timur dan Indonesia secara keseluruhan.(*)