26 C
Sidoarjo
BerandaNasionalOrang tua perlu mengenali kelainan pada mata anak sedini mungkin #infoMenarik

Orang tua perlu mengenali kelainan pada mata anak sedini mungkin #infoMenarik


Jarak baca semakin dekat itu semakin kuat memicu progres minus.

Jakarta (PortalSidoarjo.com) – Dokter spesialis ilmu kesehatan mata Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dr. Anna Puspitasari Bani Sp.M(K) mengatakan orang tua memiliki peran besar untuk mengenali serta mendeteksi kelainan mata anak sejak dini.

“Orang tua yang menghabiskan waktu paling lama dengan anak, sejak lahir, riwayat kelahirannya misalnya prematur, itu harus membuat orang tua lebih perhatian pada penglihatan anak,” kata Anna dalam diskusi kesehatan tentang mata yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Anna mengatakan ada beberapa cara melihat kelainan sejak dini pada mata anak, seperti melihat respons anak saat bayi ketika dihadapkan pada cahaya. Respons yang baik ialah anak akan mengedip, jika tidak ada respon orang tua perlu waspada.

Cara selanjutnya yang dapat dilihat dengan kasat mata ialah melihat kejanggalan pada bola mata anak seperti juling atau ada bercak putih pada bagian hitam mata. Selain itu, jika anak sudah beranjak besar, perhatikan posisi kepala yang selalu miring serta menonton TV selalu dengan jarak dekat.

Baca juga :  Mizan Pictures-Max Pictures gelar gala premier film “Rumah Masa Depan” #infoMenarik

“Jika sudah usia sekolah kalau belajar menulis selalu mencong (miring) atau ada huruf yang hilang. Satu lagi koordinasi gerak misalnya tidak dapat main bola tangkap, ini secara umum yang dapat menjadi alarm orang tua,” ucap Anna.

Dokter lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan gangguan mata ada beberapa jenis, dilihat dari masalah keruh pada mata atau yang dikenal sebagai katarak yang dapat dibawa sejak lahir, fungsi system saraf serta masalah kedudukan mata yang tidak seimbang.

Mata bekerja sesuai dengan apa yang otak terjemahkan sebagai penglihatan. Gangguan dapat terjadi pada rusaknya sistem saraf mata yang menghubungkan ke otak sehingga sinyal-sinyal elektrik untuk melihat menjadi terganggu.

Selain itu juga adanya gangguan pada kedudukan mata seperti juling yang dapat dibawa sejak lahir maupun berkembang saat dewasa.

Baca juga :  Tumor pada ginjal berpotensi muncul lagi meski sudah diangkat #infoMenarik

Faktor lain yang menyebabkan gangguan mata pada anak, kata Anna ,juga dapat disebabkan disebabkan faktor genetik yang menyebabkan progres bertambahnya minus lebih cepat, kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan gawai pada anak serta minimnya kegiatan di luar ruangan.

“Dibanding anak zaman dulu, anak zaman sekarang main outdoor (luar ruangan)-nya lebih jarang daripada kita zaman dulu. Jadi pekerjaan dengan melihat dekat sangat intens sekali, mengerjakan tugas serta sebagainya tapi memang begitu zamannya berubah,” ucap Anna.

Pencegahan gangguan mata sejak dini

Orang tua perlu menerapkan metode pencegahan sejak dini untuk menghindari gangguan mata pada anak. Anna menganjurkan untuk menerapkan istirahat setiap kali melakukan kegiatan intens dengan gawai.

Mengistirahatkan mata dari gawai dapat diterapkan dengan metode 20-20-20, yaitu istirahat setiap 20 menit selama 20 detik dengan jarak pandang sejauh 20 kaki atau 6 meter. Selain itu Anna juga mengingatkan untuk mempertimbangkan pencahayaan pada gawai yang ideal, misalnya layar gawai tidak terlalu terang dibandingkan suasana sekitar.

Baca juga :  Kemenparekraf upayakan percepatan Dana Kekal Pariwisata tahun depan #infoMenarik

Anna juga mengingatkan kebiasaan membaca sambil tidur berpengaruh terhadap mata minus.

“Kemudian baca sambil tidur, lampu akan terhalang oleh buku sehingga cahaya pada buku lebih redup. Posisi tangan pelan-pelan akan mendekati wajah secara tidak disadari jarak berkurang 30 sampai 40 centimeter berkurang. Jarak baca semakin dekat itu semakin kuat memicu progres minus,” kata Anna menjelaskan.

Jika anak harus mengerjakan tugas dengan gawai, usahakan untuk menggunakan layar monitor komputer disebabkan jarak pandangnya yang jauh sekitar 60 centimeter supaya mata lebih rileks dibandingkan menggunakan layar ponsel dengan jarak pandang rata-rata 30 centimeter.

Konsultasikan ke dokter mata untuk penanganan lebih lanjut jika menemukan kejanggalan pada respon mata anak. Pengobatan masih dapat mudah dilakukan pada anak baru lahir hingga usia 8 sampai 10 tahun.

Sumber : Antaranews.com

Komentar

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Trending

Jangan lewatkan

0
Punya ide, saran atau kritik? Silakan berkomentar.x
()
x