27 C
Sidoarjo
BerandaSerba-serbiHukum Membersihkan Makam #TanyaUstadz

Hukum Membersihkan Makam #TanyaUstadz

Pertanyaan:

Apakah diperbolehkan membersihkan makam orang tua saya? Semisal hanya sekedar mencabuti rumput yang ada di sana atau membersihkan dedaunan serta sampah-sampah yang ada di sana? Apakah terlarang serta termasuk kesyirikan?

Jawaban:

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu wassalamu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in, amma ba’du.

Wajib untuk jaga kehormatan mayit, tidak boleh melakukan perbuatan yang merendahkan mayit. Sebagaimana kita wajib jaga kehormatan orang yang masih hidup. Oleh disebabkan itu kita dilarang untuk menduduki kuburan. Dalam hadits dari Jabir radhiyallahu’anhu, beliau berkata:

نَهَى أن يقعدَ على القَبرِ، وأن يُقصَّصَ ويُبنَى علَيهِ زادَ في روايةٍ أو يُزادَ علَيهِ، وفي أخرى أو أن يُكْتبَ علَيهِ

“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melarang kuburan diduduki, dikapur, serta dibangun. Dalam riwayat lain, beliau melarang kuburan ditinggikan. Dalam riwayat yang lain, beliau melarang kuburan ditulis.” (HR. Muslim no. 970).

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Siapa yang mentadabburi tentang larangan duduk di atas kuburan, atau bersandar pada kuburan, atau menginjak kuburan, maka ia akan mengetahui bahwa semua larangan tersebut dalam rangka menghormati penghuninya (yaitu si mayit). supaya para peziarah tidak menginjak kepala penghuni kubur tersebut dengan sandalnya” (Dinukil dari Al-Mulakhos Al-Fiqhi, hal 165).

Dengan demikian, jika membersihkan kuburan itu dalam rangka jaga kehormatan mayit, sehingga kuburannya tidak terinjak serta tidak diduduki, ini perkara yang baik. 

Begitu pula, jika kuburan dibersihkan supaya tidak ada gangguan bagi orang yang berziarah kubur, maka ini ialah kebaikan. Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan,

ينبغي هذا؛ لأنها تؤذي الزوار فينبغي قطعها إذا وجد شجر على المقابر ولاسيما ذات الشوك ينبغي إزالتها، وهكذا إذا كانت قد يظن منها أن صاحبها ولي عند بعض العامة أو صاحبها يعني يدعى من دون الله، ينبغي أن تزال حتى لا يظن في صاحب القبر خلاف الحق، فإذا كان وجود أشياء قد يسبب شراً

“Membersihkan kuburan hendaknya dilakukan, disebabkan adanya tanaman liar akan mengganggu orang-orang yang berziarah. Maka hendaknya dipotong jika ada tanaman yang berada di atas pemakaman. Lebih lagi tanaman yang berduri, maka sudah semestinya dihilangkan. Demikian juga jika ada keyakinan tahayul bahwa penghuni kubur telah memerintahkan seseorang untuk membersihkan kuburnya, atau meyakini bahwa kuburnya boleh dijadikan target berdoa selain Allah, maka hendaknya dibersihkan sendiri tanamannya untuk mencegah adanya keyakinan yang tidak benar. disebabkan segala sesuatu yang dapat menyebabkan keburukan hendaknya dihilangkan.” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, no. 146).

Dewan Fatwa Islamweb juga menjelaskan:

أما تنظيف المقابر من الأشجار والنباتات فلم نطلع على ما يدل على أنه مطلوب ولا على ما يدل على أنه ممنوع، فيبقى على الإباحة وخاصة إذا كان فيه منفعة.

“Adapun membersihkan kuburan dari pepohonan serta rerumputan, kami tidak mendapat adanya perintah syariat serta tidak mendapati adanya larangan syariat. Sehingga hukumnya kembali pada mubah (boleh), terlebih lagi jika ada manfaatnya” (Fatwa Islamweb no. 61833).

tetapi membersihkan kuburan tidak boleh berlebihan sehingga sampai menghiasi kuburan dengan pepohonan serta hiasan yang indah. disebabkan hal tersebut akan membuat peziarah mengagungkan kuburan serta menjerumuskan pada keyakinan-keyakinan yang tidak benar. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau mengatakan,

لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ زَائِرَاتِ الْقُبُوْرِ وَالْمُتّخِذِيْنَ عَلَيْهَا الْمَسَاجِدَ وَالسّرُجَ

“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melaknat para wanita yang sering berziarah kubur, serta orang-orang yang membuat kuburan sebagai tempat ibadah serta yang memberi lampu penerangan pada kuburannya.” (HR. Abu Daud no. 3236, At-Tirmidzi no. 320, An-Nasai no. 2043, dishahihkan Ahmad Syakir dalam Takhrij Musnad [4/354]).

Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan:

الوقف على القبور إن كان لرفعها أو تزيينها فلا شك في بطلانه ، وأشد من ذلك ما يجلب الفتنة على زائرها كوضع الستور الفائقة والأحجار النفيسة ونحو ذلك ؛ فإن هذا مما يوجب أن يعظم صاحب ذلك القبر في صدر زائره من العوام فيعتقد فيه ما لا يجوز

“Wakaf harta untuk kuburan, jika dipergunakan untuk meninggikan kuburan atau menghiasi kuburan, maka tidak ragu lagi kebatilannya. serta lebih parah lagi, perkara yang menimbulkan fitnah (penyimpangan) pada para peziarah, seperti menaruh tirai tebal pada kuburan, atau menaruh batu-batu berharga pada kuburan, serta semisalnya, serta perkara-perkara yang membuat penghuni kubur menjadi diagungkan di hati para peziarah yang awam, sehingga mereka meyakini keyakinan yang tidak benar” (Ad-Darari Al-Mudhiyyah, 2/301).

Syaikh Muhammad bin Ibrahim juga menjelaskan:

أما تشجير المقبرة فهو لا يجوز ، وفيه تشبه بعمل النصارى الذين يجعلون مقابرهم أشبه ما تكون بالحدائق ، فيجب إزالتها ، وإزالة صنابير الماء التي وضعت لسقيها ، ويبقى من الصنابير ما يحتاج إليه للشرب وتليين التربة .وأما إضاءة المقبرة فيخشى أن يجر ذلك إلى إسراج القبور الذي لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم فاعله ، ولا سيما ونفوس الجهال تتعلق كثيراً بالخرافات ، فتزال هذه الأنوار سداً للذريعة

“Adapun menanam pohon di kuburan, ini hukumnya tidak boleh. Dalam perbuatan ini juga terdapat unsur tasyabbuh pada orang-orang Nasrani yang mereka menjadikan kuburan seperti taman-taman. Maka wajib menghilangkan pepohonan yang demikian. serta menghilangkan keran-keran air yang dipergunakan untuk mengairi pepohonan tersebut. tetapi yang boleh ialah keran yang dipergunakan untuk minum atau untuk melembutkan tanah. Demikian juga tidak boleh menerangi kuburan dengan lampu-lampu hias, sehingga dikhawatirkan hal ini akan termasuk perbuatan menerangi kuburan yang pelakunya dilaknat oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Terlebih lagi bagi orang-orang awam, akan timbul keyakinan-keyakinan khurafat pada diri mereka. Maka hendaknya menghilangkan lampu-lampu tersebut untuk menutup celah pada keburukan.” (Fatawa wa Rasail Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 3/161).

Demikian juga tidak diperbolehkan mengkhususkan waktu untuk membersihkan kuburan pada hari-hari tertentu, seperti menjelang Ramadhan atau menjelang hari raya. disebabkan perbuatan seperti ini didasari atas keyakinan tertentu yang tidak ada dasarnya dalam syariat. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan:

 ولم يرد أنه صلى الله عليه وسلم يخص المقبرة بزيارةٍ بعد صلاة العيد وعلى هذا فتخصيصها بهذا اليوم أو الذهاب إلى المقبرة في هذا اليوم يعتبر من البدع التي لا يجوز للمرء أن يتقيد بها وإن كان الأصل أن الزيارة مشروعة ولكن تخصيصها في هذا اليوم أو فيما بعد الصلاة هو من البدع

“Tidak terdapat riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan waktu tertentu untuk berziarah kubur setelah shalat ‘id. Berdasarkan hal ini, maka mengkhususkan ziarah kubur di hari itu atau pergi ke pemakaman di hari itu, termasuk perbuatan bid’ah yang tidak boleh bagi seseorang untuk meyakininya. Walaupun pada asalnya, ziarah kubur itu ialah perbuatan disyariatkan. Akan tetapi, ketika ziarah kubur tersebut dikhususkan di hari ‘id atau setelah shalat ‘id, maka ini termasuk kebidahan” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 3/40).

Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik.

Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.


Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.

Anda dapat membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk AndroidDownload Sekarang !!

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR serta DONATUR.

REKENING DONASI:

BANK SYARIAH INDONESIA
7086882242
a.n. YAYASAN YUFID NETWORK (Kode BSI: 451)

🔍 Bersin Dalam Islam, Sunnah Dzulhijjah, Tafsir Mimpi Muntah Menurut Islam, Istri Menelan Sperma Suami, Doa Iktidal, Cara Membaca Pikiran Orang Lain Dalam Islam

 

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28

Author -> konsultasisyariah.com

Komentar

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Trending

Jangan lewatkan

0
Punya ide, saran atau kritik? Silakan berkomentar.x
()
x