32 C
Sidoarjo
BerandaSerba-serbiKisah Qabil serta Habil #TanyaUstadz

Kisah Qabil serta Habil #TanyaUstadz

KISAH QABIL serta HABIL

Kisah-kisah dalam al-Qur’an sangat banyak, baik yang berkenaan dengan para nabi serta rasul, orang-orang shalih, orang-orang kafir, umat-umat terdahulu, peristiwa-peristiwa yang akan datang serta yang lainya. Allâh Azza wa Jalla menginginkan dari kisah-kisah tersebut supaya para hamba-Nya merenunginya kemudian mengambil ibrah (pelajaran) dari kisah-kisah tersebut.

Diantara kisah yang Allâh Azza wa Jalla sebutkan dalam al-Qur’an ialah kisah tentang dua anak Adam Alaihissallam yaitu Qabil serta Habil. Dua putra Nabi Adam Alaihissallam yang memiliki sifat serta perangai yang bertolak belakang. Allâh Azza wa Jalla abadikan kisah mereka dalam surat al-Mâ’idah ayat 27-31. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ ٢٧ لَىِٕنْۢ بَسَطْتَّ اِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِيْ مَآ اَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَّدِيَ اِلَيْكَ لِاَقْتُلَكَۚ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ ٢٨ اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ تَبُوْۤاَ بِاِثْمِيْ وَاِثْمِكَ فَتَكُوْنَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّارِۚ وَذٰلِكَ جَزٰۤؤُا الظّٰلِمِيْنَۚ ٢٩  فَطَوَّعَتْ لَهٗ نَفْسُهٗ قَتْلَ اَخِيْهِ فَقَتَلَهٗ فَاَصْبَحَ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ٣٠ فَبَعَثَ اللّٰهُ غُرَابًا يَّبْحَثُ فِى الْاَرْضِ لِيُرِيَهٗ كَيْفَ يُوَارِيْ سَوْءَةَ اَخِيْهِ ۗ قَالَ يٰوَيْلَتٰٓى اَعَجَزْتُ اَنْ اَكُوْنَ مِثْلَ هٰذَا الْغُرَابِ فَاُوَارِيَ سَوْءَةَ اَخِيْۚ فَاَصْبَحَ مِنَ النّٰدِمِيْنَ 

Ceritakanlah pada mereka kisah kedua putera Adam (Habil serta Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) serta tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), “Saya pasti membunuhmu! ” Berkata Habil, “Sesungguhnya Allâh hanya menerima (ibadah kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”

“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, Saya sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya Saya takut pada Allâh, Rabb sekalian alam.”

“Sesungguhnya Saya ingin supaya kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku serta dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, serta yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zhalim.”

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.

Kemudian Allâh menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil, “Aduhai celaka Saya, mengapa Saya tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Saya dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” disebabkan itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. [Al-Mâ’idah/5:27-31]

Qabil dan Hasad
Hasad ialah sifat yang sangat tercela. Hasad ialah seseorang menginginkan kenikmatan yang ada pada orang lain berpindah pada dirinya. Sifat nista ini dapat menyeret seseorang berlaku kejam serta bengis.

Hasad ialah dosa pertama yang dilakukan oleh iblis terhadap Nabi Adam Alaihissallam yaitu ketika Allâh Azza wa Jalla ajarkan kepadanya seluruh nama-nama kemudian Allâh Azza wa Jalla perintahkan pada para Malaikat untuk bersujud pada Adam Alaihissallam . Ketika itu iblis hasad dengan karunia yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan pada Nabi Adam Alaihissallam . Ini  mendorongnya untuk membangkang perintah bersujud pada Nabi Adam Alaihissallam . Tidak hanya sampai disitu, iblis berusaha mengeluarkan Nabi Adam Alaihissallam dari surga serta bersumpah untuk menyesatkan anak keturunannya sampai hari kiamat.

Demikian pula yang terjadi pada Qabil. Sifat hasad telah membutakan mata hatinya. Sifat ini telah menjerumuskan dirinya ke dalam dosa yang sangat dia sesali di kemudian hari. Qabil hasad pada kelebihan yang ada pada saudaranya Habil. Ketika keduanya memberikan kurban, Allâh Azza wa Jalla menerima  kurban yang dipersembahkan oleh Habil serta tidak menerima apa yang dikurbankan oleh Qabil. Melihat ini, Qabil merasa iri serta dengki terhadap Habil, sehingga ia sangat benci terhadap Habil bahkan sangat bernafsu untuk menghabisi nyawanya.

Perhatikanlah oleh kita! Bagaimana hasad dapat menjerumuskan seseorang pada kerusakan. Sifat inilah yang menyebabkan Yahudi serta Nashrani terus berusaha memerangi serta memurtadkan kaum Muslimin. Hasad pula yang mendorong saudara-saudara nabi Yusuf Alaihissallam berusaha menyingkirkannya serta membunuhnya. Semoga Allâh Azza wa Jalla melindungi kita semua dari sifat hasad ini.

Setelah lama menunggu kesempatan serta memendam niatnya, akhirnya Qabil berhasil membunuh Habil, saudaranya sendiri. Pasca melakukan pembunuhan, bukan kepuasan serta ketenangan yang dia rasakannya, justru kerugian serta penyesalan yang dia dapatkan. Kerugian yang bertumpuk-tumpuk disebabkan telah termakan bujuk rayu syaitan.

Habil dan Iman
Keimanan jika telah mengakar dalam hati seseorang, maka itu akan membawanya pada kebaikan serta mencegahnya dari berbagai kejelekan. Inilah gambaran yang ada pada Habil. Keimanan serta ketaqwaan telah menghiasi dirinya. Lihatlah jawaban yang dia ucapkan ketika Qabil hendak membunuhnya:

قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ ٢٧ لَىِٕنْۢ بَسَطْتَّ اِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِيْ مَآ اَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَّدِيَ اِلَيْكَ لِاَقْتُلَكَۚ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ ٢٨ اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ تَبُوْۤاَ بِاِثْمِيْ وَاِثْمِكَ فَتَكُوْنَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّارِۚ وَذٰلِكَ جَزٰۤؤُا الظّٰلِمِيْنَۚ 

Ia berkata (Qabil), “Saya pasti membunuhmu!” Berkata Habil, “Sesungguhnya Allâh hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, Saya sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya Saya takut pada Allâh, Rabb sekalian alam. Sesungguhnya Saya ingin supaya kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku serta dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, serta yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zhalim.” .[Al-Mâ’idah/5:27-29]

Keimanan  menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan bagi Habil serta penutup segala pintu kejelekan.

Pelajaran Dari Kisah Qabil serta Habil
Kisah dua anak Adam Alaihissallam yang Allâh Azza wa Jalla abadikan ini memberikan pelajaran serta ibrah yang sangat berharga diantaranya:

1. Ketakwaan merupakan sebab diterimanya amalan seseorang di sisi Allâh Azza wa Jalla .
Allâh Azza wa Jalla berfirman

قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Berkata Habil, “Sesungguhnya Allâh hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” [Al-Mâ’idah/5:27]

Allâh Azza wa Jalla menerima kurban yang dipersembahkan oleh Habil disebabkan ketakwaannya pada Allâh Azza wa Jalla . serta diantara keutamaan ketakwaan yang lain yaitu :
(a). Orang yang bertakwa ialah orang yang paling mulia disisi Allâh Azza wa Jalla

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. [Al-Hujurȃt/49:13]

(b). Takwa sebab datangnya rezeki yang halal

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ٢ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ 

Siapa yang bertakwa pada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, serta menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga [Ath-Thalâq/65:2-3]

(c). Takwa sebab dimudahkannya segala urusan

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ يُسْرًا 

Siapa yang bertakwa pada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya. [Ath-Thalâq/65:4]

Demikian pula sabda Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَكْرَمُ النَّاسِ قَالَ أَتْقَاهُمْ

Dari shabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. dikatakan pada Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Wahai Rasûlullâh ! Siapakah manusia  yang paling  mulia?”Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yang paling bertakwa.” [1]

serta masih banyak keutamaan lain yang telah Allâh Azza wa Jalla sebutkan dalam al-Qur’an serta dijelaskan oleh Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-haditsnya

2. Rasa takut pada Allâh Azza wa Jalla akan menghalangi seseorang dari perbuatan-perbuatan yang terlarang.
Ini diambil dari jawaban yang diucapkan oleh Habil pada saudaranya,

لَىِٕنْۢ بَسَطْتَّ اِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِيْ مَآ اَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَّدِيَ اِلَيْكَ لِاَقْتُلَكَۚ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ

 “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, Saya sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya Saya takut pada Allâh, Rabb sekalian alam.” [Al-Mâ’idah/5:28]

Maka rasa takut pada Allâh Azza wa Jalla telah jaga Habil dari perbuatan yang dilakukan oleh Qabil. Rasa takut pada Allâh Azza wa Jalla juga dapat jaga seseorang dari perbuatan maksiat serta mendorongnya untuk berbuat ketaatan serta Allâh Azza wa Jalla menjanjikan surga untuk orang-orang yang takut pada-Nya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ ٤٠ فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ

serta adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Rabbnya serta menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). [An-Nâzi’ât/79:40-41]

3. Orang tua yang shalih tidak dicela dengan sebab perbuatan anaknya yang thalih (tidak shalih)
Adam Alaihissallam ialah seorang nabi serta orang tua yang shalih. Perbuatan Qabil, putranya bukan menjadi cela bagi beliau. Demikian pula nabi-nabi yang lain yang Allâh Azza wa Jalla uji dengan anak-anak mereka yang membangkang, seperti Nabi Nûh q . Beliau juga tidak dicela dengan sebab anaknya yang kafir. disebabkan mereka telah berusaha sekuat tenaga untuk mendidik serta mendakwahi anak mereka supaya jauh dari kekufuran serta maksiat. Lihatlah nabi Nûh q yang berkata pada putranya:

وَنَادٰى نُوْحُ ِۨابْنَهٗ وَكَانَ فِيْ مَعْزِلٍ يّٰبُنَيَّ ارْكَبْ مَّعَنَا وَلَا تَكُنْ مَّعَ الْكٰفِرِيْنَ

serta Nûh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, “Hai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami serta janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.”  [Hûd/11:42]

Apabila orang tua telah berusaha dalam mendidik anaknya tetapi anaknya cenderung pada perbuatan yang terlarang bahkan terjerumus kedalamnya, maka orang tua tidak mendapatkan cela disebabkan perbuatan anaknya tersebut. Wallâhu a’lam.

(Disarikan dari al-Furqân min Qashashil Qur’an, Abu Islam Shalih bin Thaha Abdul Aziz)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] HR.Bukhari no 3383,  Muslim no 2378

Author -> Almanhaj

Komentar

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Trending

Jangan lewatkan

0
Punya ide, saran atau kritik? Silakan berkomentar.x
()
x