30 C
Sidoarjo
BerandaJatimPolri Cekal Empat Pengurus ACT Ke Luar Negeri

Polri Cekal Empat Pengurus ACT Ke Luar Negeri

            Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri mencekal empat pengurus Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang telah ditetapkan sebagai tersangka dugaan penggelapan dana donasi masyarakat untuk ke luar negeri.

“Bareskrim Polri minta bantuan pada Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum serta HAM untuk melakukan pencekalan atau pencegahan ke luar negeri empat tersangka,” kata Kombes Pol. Nurul Azizah Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri, Kamis (28/7/2022) dikutip Antara.

Nurul menjelaskan, permohonan pencekalan itu sesuai Surat Nomor: B/5050/VII/RES.1.24./2022/_Dittipideksus tanggal 26 Juli 2022. Pencekalan, lanjut dia, dilakukan untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut serta mencegah para tersangka akan melarikan diri ke luar negeri.

“Bahwa untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut serta dikhawatirkan akan melarikan diri ke luar negeri. maka dalam hal ini Bareskrim Polri minta bantuan pada Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum serta HAM,” katanya.

Dalam kasus ini, penyidik menetapkan Pendiri serta Ahyudin mantan Presiden ACT sebagai tersangka, bersama Ibnu Khajar yang juga menjabat Presiden ACT aktif. Kedua tersangka lainnya, Hariyana Hermain yang merupakan salah satu pembina ACT serta memiliki jabatan tinggi lain di ACT, termasuk mengurusi keuangan. Adapula Novariandi Imam Akbari selaku Ketua Dewan Pembina ACT.

Keempat tersangka diduga melakukan tindak pidana penggelapan serta atau penggelapan dalam jabatan serta atau tindak pidana informasi serta transaksi elektronik serta atau tindak pidana yayasan serta atau tindak pidana pencucian uang.

Adapun penggelapan dalam jabatan yang dilakukan terhadap sisa dana CSR dari Boeing untuk Pakar waris korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 senilai Rp34 miliar. Uang sisa dana Boeing dipergunakan untuk keperluan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, yaitu pengadaan armada truk, kurang lebih Rp2 miliar, untuk program big food bus Rp2,8 miliar, kemudian pembangunan pesantren peradaban Tasikmalaya Rp8,7 miliar.

Kemudian untuk Koperasi Syariah 212 kurang lebih Rp10 miliar, untuk dana talangan CV CUN Rp3 miliar, dana talangan PT MBGS Rp7,8 miliar, sehingga totalnya Rp34,6 miliar (pembulatan dari Rp34.573.069.200). Para pengurus juga menyalahgunakan dana Boeing untuk memenuhi kebutuhan gaji.

Selain itu, Ahyudin serta rekannya juga melakukan pemotongan donasi dana masyarakat (umat) yang dikelola ACT sebesar 20 sampai 23 persen. Adapun besaran gaji yang diterima pengurus ACT untuk Ahyudin sebesar Rp400 juta, Ibnu Khajar Rp150 juta, Hariyana Hermain Rp50 juta serta Novariadi Rp100 juta.

Keempatnya dijerat pasal berlapis yakni Pasal 372 KUHP serta Pasal 374 KUHP serta Pasal 45 a ayat (1) juncto Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE.

Para tersangka juga dijerat Pasal 170 juncto Pasal Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Pasal 3,4 serta 6 UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencucian Uang, serta Pasal 55 KUHP juncto Pasal 56 KUHP. (ant/bil/rst)

Sumber -> Suara Surabaya

Komentar

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Trending

Jangan lewatkan

0
Punya ide, saran atau kritik? Silakan berkomentar.x
()
x