Berhembusnya isu prostitusi lokalisasi Dolly yang kembali bersemi beroperasi, dinilai akan melukai hati anak-anak PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). disebabkan, bisnis prostitusi di lokalisasi Dolly itu sejatinya sudah ditutup sejak Juni 2014.
Pernyataan itu diungkapkan Anik Wahyuningsih, Pengelola Sekolah Pos Paud Terpadu (PPT) Pelita Kartini.
Dia bersama beberapa warga lain merintis sekolahan itu sejak tahun 2009, hingga diresmikan pada 2010 oleh Pemkot Surabaya.
Artinya, 4 tahun sebelum kawasan lokalisasi Dolly ditutup, sekolahan itu sudah berdiri. Anik merasakan betul sulitnya mencari siswa. Kalau pun ada, Anik serta guru-guru PAUD berusaha keras mengedukasi murid-muridnya itu di tengah aktivitas prostitusi yang masih berjalan.
“PAUD ini ada di Kupang Gunung Timur Gang V Raya nomor 15, terpatnya Balai RW 6. Termasuk lokasi Dolly. Gerakan kita terbatas, pembelajaran hanya dilakukan di dalam Balai RW 6. Menghindari betul jangan sampai kita lewat Dolly. Bagaimana, jalan sedikit ke sana, masuk kawasan Dolly. Kita tidak mau anak-anak melihat wanita seksi-seksi,” kata Anik pada suarasurabaya.net, Rabu (22/6/2022) malam.
Anik menegaskan, lokalisasi Dolly sudah tidak ada.
“Wisma-wisma sudah ditutup. Kalau sampai ada, kita pasti menentang,” ujar Anik didukung pengelola PAUD serta warga lain.
Setelah ditutupnya kawasan lokalisasi Dolly pada Juni 2014, kata Anik, pendidikan setempat mengalami perkembangan. Kini, PPT Pelita Kartini memiliki 37 murid, yang mayoritas warga Dukuh Kupang, Putat Jaya, serta Banyu Urip. Mereka dengan bangga menyebut alamat sekolahnya yang berada di kawasan itu.
“Saya tidak dapat bayangkan kalau ada prostitusi lagi, ini akan melukai hati anak-anak PAUD,” pungkasnya.
Senada dengan pernyataan Anik, Ifa Laelani yang merupakan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) relawan Dinas Sosial Kota Surabaya di Kelurahan Putat Jaya mengaku permasalahan yang kerap kali terjadi saat lokalisasi masih ada, kini sudah sangat jarang.
meski warung-warung dengan musik memang ada, tapi menurutnya tidak pernah ada lagi Pekerja Seks Komersial (PSK).
“Warung biasa, ada musiknya juga ada beberapa, tapi tidak untuk lokalisasi. Sisi positifnya, geliat ekonomi mulai bangkit di sini,” kata Ifa.
Dirinya justru khawatir, bahwa berhembusnya isu lokalisasi beroperasi kembali di Dolly, akan mengundang para pelaku datang kembali. (lta/ipg)