31 C
Sidoarjo
BerandaNasionalSineas ungkap tantangan ciptakan film jadi alat pengubah dunia #infoMenarik

Sineas ungkap tantangan ciptakan film jadi alat pengubah dunia #infoMenarik


(Membuat film) Ini bukan proses yang mudah, banyak film gagal melakukan ini

Jakarta (PortalSidoarjo.com) – Sineas asal Indonesia Mandy Marahimin mengungkapkan tantangan dalam menciptakan film menjadi alat pengubah dunia ialah waktu serta riset.

Ketika sineas ingin membawa perubahan serta dampak positif, dibutuhkan waktu yang panjang serta riset mendalam supaya film yang diciptakan tidak hanya menyajikan dialog belaka tapi juga menggambarkan visual yang kuat.

“(Membuat film) Ini bukan proses yang mudah, banyak film gagal melakukan ini disebabkan mereka gak punya waktu untuk mengembangkan cerita, gak punya waktu riset untuk dokumenter menjadi baik sehingga nilai- nilainya jadi tempelan belaka,” kata Mandy dalam konferensi pers virtual, Kamis.

Dalam ajang Values 20 atau V20 Indonesia, Mandy berperan sebagai Kurator untuk Pekan Film V20 2022 yang bertujuan menghadirkan film-film dengan tema nilai-nilai kemanusiaan.

Sebagai seorang kurator Mandy menyebutkan jika ingin memasukkan nilai untuk dipahami serta berdampak bagi banyak orang, ada baiknya seorang pembuat film tidak hanya menunjukkan nilai lewat dialog semata tapi dapat memasukkannya dalam setiap aspek film mulai dari plot, cerita, hingga karakter dalam sebuah film.

“(Sebuah nilai) tidak dapat hanya dibicarakan lewat omongan, disebabkan kalau nilai-nilai itu hanya disampaikan melalui dialog atau disampaikan melalui wawancara saja, maka yang akan sampai pada penonton ialah otak mereka yang akan dirangsang serta bukan emosi mereka. serta bukan itu kekuatan film,” kata Mandy.

Produser yang dikenal apik menciptakan film dokumenter “Semesta” serta beberapa film kenamaan lainnya seperti “Sobat Ambyar” serta “Ada Apa dengan Cinta? 2” itu mencontohkan salah satu film yang berhasil merebut emosi penonton serta mampu mengubah regulasi menjadi lebih baik.

Ia menyebutkan dokumenter asal Afrika bertajuk “Virunga” yang rilis pada 2014.

Film itu rupanya menyentuh banyak pihak termasuk para pemangku kepentingan di Afrika yang akhirnya mampu mengubah regulasi menciptakan Taman Nasional untuk mempertahankan Gorila Gunung yang terancam punah di kawasan itu.

“Film itu kan media ya, media yang bercerita secara audio serta visual serta media ini kita buat untuk memahami dunia kita, memahami manusia, serta memahami kenyataan. Bagaimana film dapat melakukan itu? Dengan caranya yang halus, sehingga film itu tidak selalu menyampaikan pesan lewat dialog belaka, disebabkan kalau hanya mengandalkan dialog serta tanpa visualisasinya akan menjadi film yang lemah,” kata Mandy.

Adapun dalam V20, Mandy memilih banyak karya sineas asal Indonesia untuk menunjukkan bagaimana nilai kemanusiaan dapat tetap bertumbuh meski memiliki latar cerita yang kental dengan kelokalan tetapi intinya dapat dipahami secara global.

Beberapa film asal Indonesia yang dipilih untuk tayang di Pekan Film V20 2022 ialah “Maria Ado’e” karya Gleinda Stefany, “End of The Tunnel” karya Garry Christian, “The Flame (Bara)” karya Arfan Sabran,serta “Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara” karya Herwin Novianto.

Sementara dua film pendek lainnya yang ditayangkan berasal dari negara lain yaitu “Story Of A Beginning” karya Balaram J asal India serta “Só Sei Que Foi Assim” karya Giovanna Müzel asal Brazil.

Sumber : Antaranews.com

Komentar

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Trending

Jangan lewatkan

0
Punya ide, saran atau kritik? Silakan berkomentar.x
()
x