26 C
Sidoarjo
BerandaJatimPemerintah Tak Punya Solusi Fundamental Atasi Krisis, Anis Matta Dorong Mahasiswa Lakukan...

Pemerintah Tak Punya Solusi Fundamental Atasi Krisis, Anis Matta Dorong Mahasiswa Lakukan Revolusi Sosial

Anis Matta Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menilai, pemerintah tidak memiliki solusi yang fundamental dalam mengatasi krisis multidemensi saat ini.

Solusi yang ada hanya bersifat tambal sulam, serta tidak menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi rakyat seperti masalah minyak goreng serta kenaikan harga-harga pangan. Masyarakat tetap menghadapi kesulitan ekonomi serta himpitan hidup yang makin berat.

“Pemerintah saat ini sedang bingung, tidak punya solusi secara fundamental untuk menyelesaikan masalah, yang ada hanya tambal sulam saja,” kata Anis Matta dalam Gelora Talk secara daring dengan tema ‘Mengukur Nafas Gerakan Mahasiswa Indonesia’ , Rabu (20/4/2022).

Diskusi tersebut menghadirkan Rocky Gerung pengamat politik, Arjuna Putra Aldino Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) serta Abdul Musawir Yahya Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Anis Matta minta pemerintah untuk tidak menciptakan ‘gimik-gimik’ baru, disebabkan akan menjadi ‘backfire’ atau serang balik terjadap pemerintah sendiri.

“Tidak ada ruang untuk gimik, misalnya menangkap orang-orang dalam kasus minyak goreng, hanya sebentar memuaskan kemarahan rakyat. Tetapi, sekarang ini masalah riilnya ialah begitu orang tidak dapat belanja, maka perut langsung terpengaruh,” kata dia.

Ia sudah berulang kali mengingatkan pemerintah supaya memiliki solusi yang fundamental, bukan sekedar tambal sulam, serta perlukan terobosan baru. Sebab, krisis saat ini bersifat sistemik serta multidemensi.

Beberapa negara sudah menjadi korban dari krisis global saat ini seperti Pakistan serta Sri Langka. Bahkan di Jerman para pekerjanya sudah mulai bergolak, akibat dampak kebijakan embargo energi yang dilakukan pemerintahannya terhadap Rusia.

“Makanya, saya selalu mengatakan, bahwa legacy terbaik untuk Pak Jokowi itu, sebenarnya bukan infrastruktur, bukan juga IKN, tetapi membuka ruang pada lahirnya pemimpin-pemimpin baru Indonesia yang dapat menyelesaikan krisis,” katanya.

disebabkan itu, jangan pernah ada pikiran untuk menunda pemilu atau memperpanjang masa jabatan presiden. Sebab, pikiran tersebut, justru akan mempercepat periodesasi atau lengsernya pemerintahan saat ini.

“Masalah sekarang tidak dapat diselesaikan dengan tambal sulam, harus ada pendekatan sistematik serta komprehensif. Situasi sekarang akan menentukan, mana pemimpin yang autentik, pemimpin yang murni atau pemimpin pencitraan,” katanya.

Ketua Umum Partai Gelora ini menegaskan, semua negara akan mengalami revolusi sosial, termasuk Indonesia. Revolusi sosial sekarang, bukan hanya terjadi di dalam negeri saja, tetapi sudah menjadi pergolakan global dalam skala besar.

“Saya hanya ingin menyampaikan pada teman-teman mahasiswa, anda sudah menyalakan alarm zaman, jangan berhenti melakukan revolusi sosial, teruskan,” tegasnya.

Anis Matta menilai semua pihak harus memberikan dukungan moral pada mahasiswa yang turun ke jalan saat ini dalam upaya memperbaiki keadaan. Sebab, dalam sejarah politik Indonesia, dari tahun 1966 serta 1998, mahasiswa ialah penjaga moral bangsa.

Mahasiswa Indonesia selalu hadir dalam persimpangan sejarah politik yang sangat rumit. Sehingga membuat wibawa moral mahasiswa Indonesia, sangat berbeda dengan mahasiswa di negara lain.

“Kita berikan dukungan moral sepenuhnya pada teman-teman mahasiswa yang turun ke jalan. disebabkan kita yakin, nafas mereka panjang, tetapi mereka tetap membutuhkan dukungan moral. Ini semakin meyakinkan kita, bahwa yang mereka lakukan itu benar adanya,” tegas Anis Matta.

Pengamat politik Rocky Gerung mengatakan, gerakan mahasiswa saat ini membuktikan bahwa mahasiswa selalu mendahulukan intelektualitas ketimbang elektabilitas.

“Artinya, gerakan mahasiswa harus tumbuh dengan intelektualitas, harus mendahului elektabilitas. Jadi pemimpin itu, otaknya harus lebih panjang daripada mulutnya,” kata Rocky Gerung.

Ia menduga penangkapan Indrasari Wisnu Wardhana Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri (Dirjen Daglu) Kementerian Perdagangan dalam kasus dugaan korupsi pemberian fasilitas ekspor Minyak Sawit Mentah (CPO) menjadi semacam sogokan untuk mahasiwa.

Sogokan dimaksudkan, kata Rocky, supaya tuntutan para rakyat atau mahasiswa kekinian soal mafia minyak goreng dapat diredam serta selesai.

“Kita mau tahu sebetulnya ialah potensi pergerakan mahasiswa ini di dalam dua hari terakhir kita duga ditangkapnya Dirjen Perdangangan Luar Negeri lalu ada komisaris Wilmar segala macam itu juga harus dibaca sebagai semacam sogokan,” katanya.

Rocky menduga penangkapan ini bagian dari rekayasa pemerintah untuk meredam gejolak demonstrasi mahasiswa yang makin massif, terarah, serta fokus.

“Seolah-olah dengan ditangkapnya tokoh-tokoh ini yang mempermainkan izin ekspor itu, selesai lah tuntutan mahasiswa soal minyak goreng. Kan nggak begitu,” tegas Rocky.

Kejanggalan lain yang diungkap Rocky ialah peran Komisi Pemberantasan Korupsi yang melempem. Ia mempertanyakan mengapa yang melakukan penindakan justru Kejaksaan Agung bukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Polri.

“Ini semua pertanyaan yang terarah pada semacam kesimpulan bahwa istana ini mau tukar tambah. serta yang lebih harus dipersoalkan ini sampai di mana sih penangkapan itu akan memulihkan kembali kepercayaan publik,” ungkapnya.

Arjuna Putra Aldino Ketua Umum GMNI mengatakan, di tengah kondisi saat ini, mahasiswa harus kritis supaya terhindar dari transaksi politik praktis, di saat partai politik tidak melaksanakan tugasnya serta mengabaikan suara-suara rakyat.

“Apa yang dilakukan mahasiswa sekarang, ialah melakukan refleksi kritis terhadap kondisi yang ada. Kondisi yang ada tidak dapat dibiarkan terus menerus. Inilah cara mahasiswa meluruskan pemerintah,” kata Arjuna.

Menurutnya, mahasiswa tidak hanya turun ke jalan untuk menyuarakan suara-suara rakyat, tetapi juga menempuh upaya diplomasi atau dialog dengan Istana.

“Sehingga kami berharap pemerintah tidak mengabaikan lagi suara-suara rakyat. Jadi tugas kami melakukan refleksi kritis, tidak hanya turun ke jalan, tapi juga melakukan diplomasi Istana, berdialog membahas dinamika pada saat ini,” katanya.

Abdul Musawir Yahya Ketua Umum DPP IMM menegaskan, aksi mahasiswa saat ini tidak ditunggangi kepentingan politik tertentu, meskipun telah bertemu dengan pihak Istana. Gerakan mahasiswa, kata dia, murni gerakan kaum intelektual, yang secara spontan melihat kondisi saat ini perlu segera disikapi mahasiswa.

“Ini panggilan kita sebagai kaum intelektual. Kehadiran kita di Istana, bukan untuk menjilat sebagaimana yang diberitakan media-media. Kita datang ke sana murni untuk menyampaikan banyak problem kebangsaan,” ungkap Abdul Musawir.

Ia mengatakan, untuk memperbaiki keadaan saat ini dibutuhkan kolaborasi semua pihak, sehingga ditemukan solusi yang komprehensif, bahwa situasi sekarang membahayakan perekonomian serta bangsa.

“Kita perlu kolaborasi untuk memikirkan apa yang pas. Kita tidak ada upaya untuk menggulingkan presiden, kita tetap laksanakan Pemilu 2024 secara konstitusional. Jadi saya tegaskan disini, jangan gara-gara kita bicara di diskusi Partai Gelora terus muncul berita-berita aksi mahasiswa ditunggangi partai politik tertentu. Tidak ada itu,” tegasnya.(faz/ipg)

Sumber -> Suara Surabaya

Komentar

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Trending

Jangan lewatkan

0
Punya ide, saran atau kritik? Silakan berkomentar.x
()
x