26 C
Sidoarjo
BerandaPilkada Serentak 2020Dinamika Politik Sidoarjo Ambyar

Dinamika Politik Sidoarjo Ambyar

Opini: Catur Oparasyid

TSUNAMI Politik. Dinamika Pilkada Serentak Sidoarjo 2020 ambyar. Gerakan ketiga pasangan calon (paslon), seolah tak lagi terstruktur. Andai boleh menduga, tim sukses tidak solid. Pola komunikasi paslon dan penguasa kendaraan politik mungkin tidak lagi selaras seiring.

Saat nongkrong bareng di warkop kawasan Balongbendo, mantan anggota DPRD Sidoarjo 2010 sempat bercerita. Konstelasi politik tahun ini sangat berbeda. Ada ribuan warga Sidoarjo di pedesaan dimungkinkan sulit berpaling dari kebiasaan lama.

Mereka sudah terlalu nyaman berpayung di bawah Nahdlatul Ulama, Muslimat atau Fatayat. Selama 20 tahun (empat periode), Abah Saiful telah mengayomi dengan beragam fasilitas. Saat Abah Saiful Ilah purnatugas, belum ada yang mirip politisi senior Sidoarjo itu.

Mantan Ketua DPC PKB Sidoarjo ini masih memiliki magnit politik kuat. Sampai hari ini, belum satu pun paslon menjadi magnit politik bagi warga Sidoarjo. Cermati saja giat mobilisasi publik. Tim sukses atau relawan tampak kurang maksimal.

Pandemi atau aturan protokol kesehatan tidak serta merta bisa jadi alasan. Euforia hadirnya calon pemimpin dari luar Sidoarjo pun belum terlihat efeknya. Bandingkan dengan paslon dan tim sukses di daerah lain: Surabaya, Jember dan Pasuruan terlihat bergerak masif galang pencitraan.

Lepas – Bebas
Hampir sepuluh hari penulis sambang kawasan pinggiran Sidoarjo. Nongkrong di sembarang tempat. Ada rasa nyaman, lepas dari rutinitas. Asyik. Apalagi saat di warung kopi atau pos ronda. Bertemu dengan beragam karakter, bebas bicara, begitu banyak cerita, guyonan sampai ragam kata sindiran spontan. Mengalir begitu saja. Mungkin seperti itulah demokrasi.

Boleh nggak percaya. Ternyata tak semua warga mudah diperdaya ‘muslihat politik’ alias iming-iming. Ngobrol soal pilihan bupati, terasa begitu sederhana cara berpikirnya. Siapa pun boleh melompat ke sana kemari; tapi soal pilihan tidak ada yang tahu. Semua calon bupati dan wakil bupati saat ini sedang butuh dukungan. Begitu pula nanti waktu ada pemilihan gubernur atau presiden.

Sekadar ngajak merenung! Bagi pekerja atau penguasa partai, bila ingin ‘melempar’ dukungan ke calon partai lain, boleh saja. Tak ada larangan. Inilah ujian sesungguhnya. Arena pilkada adalah sarana bagi rakyat membuktikan kualitas dan loyalitas para wakil yang dipilih. Termasuk eksistensi partai yang selama ini didukung.

Sejarah dimungkinkan akan berulang. Perjalanan hidup adakalanya mirip ‘foto copy’ dari apa yang pernah dilakukan. Berpolitik memang arena permainan berbasis kepentingan plus ragam kesepakatan saling menguntungkan.

Namun jangan tinggalkan komitmen dan loyalitas terhadap partai politik yang telah menguatkan posisi saat ini. Bayangkan saat di arena pileg, kita memperoleh perlakuan sama seperti kita lakukan saat ini. (Penulis Buku di Sidoarjo)

Komentar

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Trending

Jangan lewatkan

0
Punya ide, saran atau kritik? Silakan berkomentar.x
()
x