26 C
Sidoarjo
BerandaPilkada Serentak 2020Spekulasi  Politik,  Pro Gender

Spekulasi  Politik,  Pro Gender

Opini Oleh Catur Divanes

TIGA kontestan Pilkada Serentak Sidoarjo 2020 memiliki kesempatan sama.  Menggoyang basis publik yang masih terikat secara psikologis dengan Abah Saiful Ilah SH. MHum. Boleh diketahui, dua kali  pilkada — tahun 2010 dan 2015 — mantan Ketua PKB itu mampu merangkul warga NU; termasuk Muslimat sampai enggan berpaling.

Siapa diantara tiga calon itu yang bisa jadi fotocopy Abah Saiful?.  Datang dan mengayomi para pendukung setia penguasa pendopo selama 20 tahun itu. Masih terlalu sulit diprediksi. Kharisma  tokoh sentral PKB  ini masih terasa di Pilkada 2020  dan restunya diperebutkan. Mungkin  masih dibutuhkan waktu untuk mengalihkan rasa percaya dan kesetiaan.

 

Merubah Tradisi

Setelah tak ada inchumbent, ada yang beda di Pilkada Sidoarjo. Selama 25 tahun terakhir tidak pernah ada kontestan perempuan di pentas pemilihan kepala daerah. Kibar kesetaraan gender yang selalu mewarnai Visi – Misi partai,  selama empat kali ‘Pesta Demokrasi’ belum terwujud nyata.

DPC PKB, sejatinya ingin merubah tradisi dan mengibarkan pilkada pro-gender. Untuk mendapatkan rekomendasi DPP PKB, Ketua Muslimat NU Ainun Jariyah dipilih mendampingi Achmad Amir Aslichin sebagai calon bupati. Ternyata DPP PKB tidak merestui dan merekom pasangan calon lain. Partai Amanat Nasional (PAN) pun demikian. Tri Susilowati juga diusulkan kepada pimpinan partai koalisi PDIP sebagai pendamping calon bupati.

Putri Proklamator, Megawati Soekarno Putri sejatinya sudah memberi sinyal. Calon perempuan akan ditampilkan di Pilkada 2020 Sidoarjo. Sinyal itu terlihat saat melepas pasangan ‘Arjuna – Srikandi’  untuk lima wilayah yaitu Tuban, Gresik, Banyuwangi, Ponorogo dan Lamongan,  tepatnya 11 Agustus 2020.  Apalagi bakal calon wakil Taufiqulbar yang ‘diisukan’ berangkat dari PDIP, berangkat bareng Bambang Haryo S.

Sinyal itu terbukti nyata. Empat hari sebelum pembukaan pendaftaran  — 2 September 2020 – muncul nama Dr. Dwi Astutik. Wakil sekretaris Muslimat NU Jatim itu didaulat menjadi wakil H. Kelana Aprilianto. Benarkah ini ‘spekulasi politis’ terkait kegalauan warga Nahdlatul Ulama dan komunitas Muslimat NU disela merebaknya rumors tidak direkomnya kader ideologis Hj. Ainun Jariyah sebagai wakil bupati?. Rumors itu terjawab, 6 September 2020, bunda Ainun belum diberi kesempatan.

Terlepas merebaknya aroma politis, pilkada Sidoarjo memiliki riwayat tersendiri dengan komunitas perempuan. Selama 20 tahun terakhir, kepedulian barisan Emak-Emak cukup besar. Coba lihat catatan KPUD Sidoarjo saat pesta demokrasi Pileg 2019. Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) ada sekitar 708.034 orang. Mereka yang datang ke bilik-bilik suara mencapai 619.167  orang (86,3 %). Bandingkan dengan lelaki yang peduli memilih; tercatat sekitar  577.046 orang.

Peta sebaran pemilih berbasis Emak-Emak memang tidak merata? Kawasan Taman tercatat paling banyak; ada 61.669 pengguna hak pilih; disusul Sidoarjo kota 61.230 orang dan Waru tercatat 60.537 pemilih pasti. Selain kawasan tiga besar itu, lihat pula 5 kawasan penyanggah ini: Candi (46.558 orang), Krian (39.097 orang), Gedangan (36.153 orang), Sukodono (35.230 orang), dan Tulangan (31.764 orang). Bila ingin fokus memperbaiki perekonomian lokal jangan tinggalkan 10 kawasan ini; basis pemilih perempuan yang simpan komitmen kuat.

Di antarnya: Buduran (29.357 orang), Sedati (28.420 orang), Tanggulangin (27.957 orang),  Wonoayu (26.736 orang), Prambon (25.647 orang), Balongbendo (24.059 orang), Krembung (23.018 orang), Tarik (22.287 orang), Porong (21.739 orang) dan Jabon (17.646 orang). (Penulis Buku di Sidoarjo)

 

Komentar

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments

Trending

Jangan lewatkan

0
Punya ide, saran atau kritik? Silakan berkomentar.x
()
x